Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Suka Duka Menjadi Blogger

suka duka menjadi blogger

Menjadi blogger adalah pekerjaan yang awalnya tidak terduga oleh saya. Setelah sekian lama menulis blog, sama sekali tidak pernah terlintas dalam pikiran saya waktu itu yang hanya sekedar menulis blog saja lalu kemudian meninggalkannya terus kembali lagi dalam sandarannya *apasih kak*. Blog dulu saya anggap hanya pelarian saja dalam menulis keluh kesah dari rutinitas sehari2 setelah bekerja. 

Karena saya orang yang introvert setiap kali ada masalah tak tau ke mana harus curhat, jadilah diary online ini sebagai tempat saya berkeluh kesah. Lalu kemudian akhirnya blog bisa menghasilkan pundi-pundi yang awalnya berupa adsense, terus akhirnya berkembang menjadi sponsor post, content placement, hingga review produk. Merupakan suatu godaan buat para penulis blog seperti saya yang akhirnya berubah status dari yang dulunya pekerja kantoran menjadi ibu rumah tangga. 

Lalu pekerjaan menjadi bloger saya geluti secara  bergerilya tetapi dengan cara 'halus' , akhirnya ditemui juga suka duka menjadi seorang bloger itu. Percayalah jadi bloger itu bukan hanya enaknya saja yang dialami, tapi gak enaknya juga ada. Sampai yang gak enaknya itu masih saya pendam di dalam hati sampai sekarang. Hayoo.. jadi kepo kan? apa sajakah itu??

Dukanya

Dicuekin bahkan ditolak

Dukanya aja dulu ya, biar rasa duka ini terhapus sama rasa bahagia, ecieh.. Pernah dan baru banget saya rasain di tahun 2020 ini. Sebenernya males buat cerita, cuman ya perasaan masih terasa sakit di hati ini. Kalau ga cerita di sini ya di mana lagi. Abis kalau di sosmed kesannya cuman curhat doang kan ya, dikit-dikit curhat, dikit-dikit curhat, curhat koq dikit-dikit muehehehe. Waktu itu saya ada job ngeblog untuk mereview resto/cafe/warung yang sudah memakai alat pembayaran berstandar QRIS awalnya karena saya pikir paling resto-resto besar saja yang sudah memakainya karena kan di kota Medan tidak sebanyak kota besar seperti Jakarta, Bandung atau Surabaya yang telah memakai alat tersebut. 

Jadinya singkat kata saya ke sana (sebuah cafe yang terkenal dengan minuman bobanya) dengan niat baik untuk mereview, dengan sopan santun dan lembut pula ingin foto-foto produknya. Awalnya saya dicuekin, namun akhirnya sekali saja saya dibolehkan untuk foto-foto dengan waktu yang cukup terbatas, ternyata saya ditolak dong buat kedua kalinya foto-foto. Dengan alasan saya mengganggu kenyamanan, padahal pembelinya juga gak banyak saat itu.

Jadinya bingung plus kesel dengerinnya, akhirnya pulang dengan tangan hampa karena sesi fotonya tidak terselesaikan dengan baik. Well, intinya jangan underestimate dulu ya gaes ternyata sepulang dari situ saya malah jumpain tenda kaki lima yang sudah memakai alat QRIS tersebut di sosial media dan ternyata satu kota dong. 

Di lain tempat juga dengan alasan yang sama mereview produk di kafenya, tapi ternyata oh ternyata dijegal dong, dengan alasan gak ada surat pengantarnya dan identitas bahwa saya ini seorang bloger. Rada kesel juga sih ditolak gitu buat review tempat, padahal kan saya bingung sebagai blogger kenapa harus pakai surat pengantar segala ya, saya kan bukan wartawan ckckck. Kalau identitas mungkin lebih baik jika membuat kartu nama sepertinya.

Dipandang sebelah mata

Maksudnya bukan dikedip sebelah mata yes, genit dong namanya wkwk..
Ini hampir sama dengan kasus di atas, pernah ngalamin kayak gini. Dikira saya dan teman-teman bloger yang lain hanya mengharapkan barang gratis. Padahal kan kalau mereview tempat gitu seharusnya memperhitungkan berapa jarak kita menuju tempat dan berapa waktu yang telah kita korbanin buat menuju tempat review tersebut.

Terkadang dengan dibayar makan saja cukup buat yang mengundang. Tapi tidak dengan pegawai restonya, saya dan teman blogger lain malah dikira hanya mengemis, menumpang makan gratis dengan tatapan yang menurut saya merendahkan, huhu disitu saya merasa koq ngenes ya, helloow kita ini bloger lhoo..bisa aja nih kita review tempat ini pelayanannya jelek tapi sayangnya hati nurani kita gak seperti itu, betul gak??

Bukan itu saja, di kalangan keluarga atau saudara profesi bloger tu masih dianggap sebelah mata kerjaannya apa saja sih, apa hanya berkutat dengan smartphone atau laptop saja selama 24 jam dan gak ada kantornya? Itu yang bikin saya bingung jawabnya. Saya yakin sih bukan saya saja yang mengalami, tapi mungkin teman-teman bloger pun merasa demikian.

Fee lama turun

Jangan kira jadi bloger itu enak ya brosis, yang kata orang cuman tinggal nulis terus dapat duit. Abis nulis terus fee langsung turun gak sampai 5 menit. Kenyataannya habis nulis fee turun sesuai dengan kebijakan agen bloger yang bekerja sama dengan klien. Biasanya sih turun dua minggu kemudian,  sebulan kemudian, dua bulan kemudian bahkan lebih dari itu. Yang terakhir jangan ya, nyesek dah apalagi yang sistem pencairannya harus minimal segini segitu tapi dapat jobnya lama karena gagal ngebid. Kalau sudah kayak gini, link langsung saya cabut tanpa menghapus post. Daripada mengharapkan fee yang tak pasti mendingan nulis organik seperti biasa aja kan brosis :) .Terus juga tuh rate fee yang suka dikasi ke bloger tuh terkadang menyakitkan hati bahkan secara gak sadar membuat harga diri bloger turun, tapi yaa ada aja sih yang ambil jadinya gimana dong.

Sukanya

Hobi yang dibayar

Kata orang tuh pekerjaan paling menyenangkan adalah hobi yang dibayar. Seperti hobi menulis cerita ya jadi novelis, hobi membuat video ya jadi youtuber, hobi gambar ya jadi komikus, profesi tersebut kini makin dilirik karena dapat berjalan di platform digital. Sama halnya dengan hobi ngeblog, dibayar karena tulisan-tulisan di blog adalah suatu pencapaian yang paling membahagiakan. Itu berarti tulisan blog kita memberi arti buat mereka,  tulisan kita memberikan insight baru buat mereka, tulisan kita membantu penjualan mereka, dan lain-lainnya. Menjadi bloger itu bukan untuk siapa saja, tetapi bagi mereka yang suka berbagi informasi tanpa mengharapkan pamrih.

job event blogger bersama respimer
Event bersama momblogger


Dapat ilmu baru setiap saat

Dari ngeblog, secara gak sadar kita dapat ilmu baru setiap saat. Ya dari blog walking ke blog teman-teman, baca artikel yang belum pernah kita baca sebelumnya. Dapat tutorial baru dari blog, terus juga dari sponsor post atau content placement yang kita dapat. Selain berupa artikel, ilmu baru itu ya tentang blog kita sendiri, gimana cara membuat DA yang turun menjadi naik dan dilirik klien, SEOnya berjalan dengan baik, baik dari segi offpage maupun onpage, dari template yang kita pasang di blog, kita jadi tau tentang html dan kode script yang dulunya buta sama sekali.

Oke, jangan bilang juga saya gak paham tentang cara utak atik blog yang untuk hal yang paling sederhana padahal sudah ngeblog untuk waktu yang lama. Sebenarnya itu ilmu yang secara gak sadar kita pelajari dan membuat kita jadi paham karenanya, yah ibarat rumah kalau gak kita utak atik mana paham ada yang gak beres sama rumahnya ya kan :) . Meskipun begitu ya tetap saja harus upgrade diri dengan ilmu2 yang ada di luar sana. Jangan berhenti belajar pokoknya :)

Dapat produk gratis

Siapa sih yang tidak suka dengan produk gratis, siapa aja pasti suka kan. Bloger di sini mungkin mirip dengan influencer yang ada di medsos. Dikasi produk gratis untuk direview dengan cara yang elegan dengan begitu followersnya akan membeli produk yang direview sama si influencer tersebut. Begitu juga dengan bloger, mereview produk dan ditulis di blog dengan ciri khas si bloger itu sendiri.

Dengan begitu pembaca setia blognya ataupun pembaca yang datang secara organik dari mbah Google akan membacanya. Begitu juga dengan adanya event yang mengundang bloger yang secara otomastis produk yang nilainya puluhan atau ratusan ribu akan kita miliki. Di situ saya merasa senang banget dikasi barang gratis, yang lebih enaknya lagi kalau gak perlu direview, tapi sayangnya tidak. Tidak ada yang beneran gratis gaes, ehm..review produknya jangan lupa ya ;D

Mulai dikenal orang

Memang gak semua orang mau jadi terkenal, apalagi rata-rata bloger itu sifatnya introvert. Tapi ya karena blog kita sering nampang di pageone mbah Google, dengan sendirinya kita akan mulai dikenal orang. Apalagi kalau di blog sudah tertaut dengan link medsos yang aktif, maka followers pun akan bertambah. Kecuali memang gak mau sama sekali dikenal orang, itu sudah lain soal ya kan :)

kumpul komunitas bloggersumut
bersama komunitas blogger sumut

Menjadi terkenal namun bukan profesi artis, melainkan berprofesi bloger, dan faktanya Raditya Dika dan Benakribo itu dulunya juga seorang bloger. Tak menampik kemungkinan kita pun juga akan menjadi artis, walaupun kemungkinan itu hanya 1% saja karena sudah banyak saingan hahahah.

Yaah, meskipun begitu jangan lupakan peran komunitas juga. Tanpa komunitas kita ini gak ada apa-apanya lho. Oleh karenanya jangan menjadi pemain tunggal karena segala sesuatu akan berjalan dengan lambat kalau kita berjalan sendiri. Dari komunitas kita juga akan dikenal orang sebagai seorang bloger yang memiliki ciri khas. 

Hmm..itu saja dulu suka dan duka yang saya rasakan selama ini. Secara poin pastinya lebih banyak sukanya daripada dukanya. Kalau banyak dukanya, ya buat apa jadi bloger ya kan. Nah, kalau kalian apa aja nih suka dukanya jadi blogger yang pernah kalian alami. Ceritain dong di kolom komen jadinya kita bisa saling menguatkan bener gak sih :)





31 komentar untuk "Suka Duka Menjadi Blogger"

Mbul Kecil 7/01/2020 Hapus Komentar
Wah baru tahu mba iid untuk promoin suatu resto bukannya pihak resto senang malah justru menolaknya ya, hiks nyesek di hati deh,
Padahal kalau kita review kan biasanya bahasa blogger mah santun2 ya, nah justru dari review kita kadang mendatangkan pelanggan baru untuk resto tersebut, makin dikenal dan rejeki bertambah....bukannya begituh hihihi

iidyanie 7/01/2020 Hapus Komentar
Bener mba gak nyangka lho saya sekelas resto/cafe besar koq ngono apa karyawannya lagi PMS gak tahu deh, cuman ya gitu cara nolaknya gak banget deh, mengecewakan jadinya milih warung UKM atau kaki lima saja deh :)
Astria tri anjani 7/01/2020 Hapus Komentar
Hobi yang dibayar, asyik ya. Satu kalimat aja bayanganya kemana-mana😁
Saya belum banyak pengalaman sih mbk, baru mulai aktif akhir-akhir ini juga karena nganggur di rumah. Jadi belum tahu banyak sukanya maupun dukanya. Pokoknya nulis aja ada yang baca udah seneng😁
Ngomong-ngomong saya ikutan sebel karena poin duka yang pertama. Masak mau ngereview, datang baik-baik tapi sambutannya kayak gitu. Padahal kan nggak rugi juga kalau mau ambil foto aja. Ckck, harusnya sebagai pegawai kan bisa bersikap ramah sama siapa aja yang datang.
iidyanie 7/02/2020 Hapus Komentar
Gpp mba nulis aja dulu, bonusnya menyusul begitulah mba mungkin saya lagi gak rezeki review cafe ini :)
Agus Warteg 7/02/2020 Hapus Komentar
Sabar ya mbak iidyanie, memang gemas, kita sudah niat baik mau mereview restoran atau kafe agar dikenal tapi pegawainya malah memandang sinis. Review saja sejujurnya sikap pegawai tersebut biar tuh pegawainya ada yang menegur.

Yang enaknya memang jadi blogger dapat bayaran dan mulai dikenal orang. Tapi aku ngeblog buat hobi saja, ada sih iklan adsense tapi sudah hampir dua tahun pasang iklan belum dapat bayaran sama sekali.🤣
Bang Ancis 7/02/2020 Hapus Komentar
Yah begitulah nasib kita kita.. Salam kenal Mbak..
Satria Mwb 7/02/2020 Hapus Komentar
Yaa apapun itu baik blogger bisnis ataupun hanya blogger biasa tetap selalu ada rintangan dan suka dukanya. 😊😊

Yaa sama seperti dalam kehidupan nyata, Yang tidak meski selalu senang melulu.😊😊
iidyanie 7/02/2020 Hapus Komentar
Gak enak mas kesannya jatuhin image cafenya nanti, ngomogin adsense sama saya juga nih udah 2 tahunan masih di Rp 100.000-an ya sudahlah jadiin hiasan di blog aja ni iklan 😅
iidyanie 7/02/2020 Hapus Komentar
Salam kenal juga pak ancis welcome to my simple blog
iidyanie 7/02/2020 Hapus Komentar
Bener banget mas satria, sama seperti kerjaan lainnya ada suka dukanya ya, ember dunia nyata memang tak seindah dunia maya ya mas 😁
Lantana Magenta Hermosa 7/03/2020 Hapus Komentar
Kalau diingat dukanya, ya sedih juga, mbak...apalagi bila berhubungan dengan orang-orang yang bawaannya curiga dan berpandangan buruk ke orang, yang justru barangkali bsa mereka manfaatkan untuk meningkatkan dan mempromosikan bisnisnya...tapi Alhamdulillah, sukanya juga menyertai.
Justcherry 7/04/2020 Hapus Komentar
Baca duka menjadi blogger.point pertama jadi ikut geregetan sama pegawai cafe yang sok nggak ngasih ijin untu k mbak mereview cafe, dengan tatapan merendahkan pula.
Sabar aja mbak.. memang jadi blogger banyak rintangan nya.
Saya pernah dibilang begini sama sama sepup u saya. " Ngapain sich nulis blog jadi blogger itu nggak ada duitnya.? Mendingan jadi youtuber." Begitu katanya. Saya hanya terdiam karena omongan sepupu saya ada benarnya juga.
Saya menulis blog hanya untuk mengisi waktu luang mengasah kreativitas kemampuan menulis dan sharing info yang bermanfaat kepada pembaca.
Saya pribadi nggak berani berharap banyak dari profesi blogger.
iidyanie 7/04/2020 Hapus Komentar
Iya mba kalau diingat dukanya mungkin susah dihilangkan sih, jadi anti saya sama cafenya hihi, alhamdulillah sukanya pun banyak jadi terobati kalau gak ngapain jadi bloger kan ya :)
iidyanie 7/04/2020 Hapus Komentar
Bener mba kalau passion kita menulis ya jadi bloger dibanding yutuber, semangat mba jadi blogger banyak caranya koq. Konsisten aja hehe
Agus Warteg 7/06/2020 Hapus Komentar
Kalo review kafe nya di bagusin dikit, tapi dibawahnya dikasih catatan dikit. Ps: pegawainya agak alay gitu.😂
iidyanie 7/07/2020 Hapus Komentar
Boleh juga idenya tuh 😁
Ainun 7/08/2020 Hapus Komentar
duka saya anggap suka yang tertunda saja, karena kayaknya memang lebih banyak sukanya.
dapet temen baru di seantero indonesia, meskipun belum ketemu langsung tapi udah kayak kenal lama, dapet ilmu baru di dunia internet, dari desain, ilmu seo dan masih banyak lagi
plus bisa dapet tambahan duit jajan hehehe
kalau aku pengen ngereview suatu tempat, langsung aku tulis seperti biasa, jadi waktu datang ke lokasi sama halnya kayak pengunjung yang lain, yang sukanya foto-foto sudut mana aja, kalau aku rasa enak bisa jadi aku review, kalau biasa saja nggak aku tulis juga bahasannya
iidyanie 7/09/2020 Hapus Komentar
Iya bener banget nih mba, lebih enak mereview atas keinginan pribadi ya apalagi saat mengunjungi suatu tempat mendapat sambutan yang hangat dan layanan yang super, terkadang kalau review atas nama job ini yang bikin saya malah jadi beban apalagi kalau tempatnya bikin gak betah
wise 9/25/2020 Hapus Komentar
Waaah masukan yang bagus ini untuk saya, ada cerita sedih dan senangnya ya menjadi blogger profesional.. kalau ada pandangan mata yang seperti ngak enak mah memang harus bisa kita pinggirkan.. toh di manapun kita berada pasti selalu ada yang pro dan kontra, selama itu halal dan membawa kebaikan, insya Allah akan ada nilainya
Yustrini 9/25/2020 Hapus Komentar
Padahal kalo direview yang untung juga tempat makannya ya. Kok ditolak. Saya sering mereview tempat makan gratis. Kalo suka dengan masakannya, saya tulis di blog. Ga ada yg bayar juga, ha, ha.
Sabrina 9/26/2020 Hapus Komentar
mba tulisannya bikin saya senyum-senyum sebagai blogger pemula saya jadi bayangin soal saya sendiri. orang mungkin juga bertanya ke saya, Mei emang jadi blogger ngasilin uang? emang kamu dapat apa? ada yang nanya gitu mba. padahal buat saya pribadi banyak sisi atau manfaat kita jadi blogger itu. dan orang mungkin benar hanya memandang sebelah mata
Mugniar 9/26/2020 Hapus Komentar
Saya pernah, nawarin review UMKM, diiyakan. Terus dijutekin saat ditanya2. Lah ... piye wkwkwk. Beberapa kali rasanya koq kayak kita dikira mau punya niat mau makan gratis padahal gak seberapa juga yang dikasih.
Wenda Witrasari 9/26/2020 Hapus Komentar
Iya nih banyak dukanya jadi blogger ya kak, aku seringnya dianggap nyari makan gratisan padahal ya ongkos ke tempat itu aja udah berapa, seringnya pengeluaran juga besar pendapatan kecil dan ga menentu jadi blogger
Rohyati Sofjan 9/26/2020 Hapus Komentar
Puk-puk dari jauh. Tidak menyangka ada yang gitu dari pihak resto padahal mereka akan diuntungkan dengan masuk mesin pencari lewat artikel yang mempromosikan blog.
Alhamdulillah, ada jalan keluar yang baik.
Saya kemarin tanya di kolom komentar status Facebook yang promosikan kedai Lomie tentang arti Lomie dan perbedaan antara Yamin asin dan manis, tidak dijawab. Jadi malas ke sana. Masih banyak tempat makan keren lainnya di Balubur Limbangan untuk saya ulas. Foto-foto sudah ada cuma belum menuliskannya.
Jadi, jika diperlakukan buruk mending cari tempat lain karena barangkali tempat yang berlaku buruk Itu kurang berkah, he he.
Insya Allah, keberkahan datang dari sikap penerimaan.
Tetap semangat, Mbak. Semoga rezekinya selalu lancar. Aamiin allahumma aamiin. ❤
Kata Nieke 9/26/2020 Hapus Komentar
Di Indonesia, blogger/influencer itu memang masih dipandang rendah. Belum dianggap profesi. Apalagi dengan peristiwa politik belakangan, image blogger/influencer itu tambah dianggap rendah. Padahal ya bidangnya kan beda-beda ya. Semangat ya Kak....
iidyanie 9/27/2020 Hapus Komentar
Setuju mba, namanya profesi pasti ada pro kontranya, yg penting tetap semangat
iidyanie 9/27/2020 Hapus Komentar
Ga semua mba yg welcome kalau kita izin review sih lebih baik diem2 aja reviewnya ya hehe
iidyanie 9/27/2020 Hapus Komentar
Biarlah hanya kita yg tau enaknya jadi blogger ya mba hehehe
iidyanie 9/27/2020 Hapus Komentar
Iya mba sebelnya kalau nemu nayak gini padahal mah kita niat bantu mereka juga
iidyanie 9/27/2020 Hapus Komentar
Iya mba lebih baik segera cari alternatifnya, tetap semangat juga ya mba rohyati :)
iidyanie 9/27/2020 Hapus Komentar
Bener mba, seharusnya harus bisa lebih menghargai kita, tetap semangat juga ya mba :)