Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Antara Usil, Ikut Campur dan Suka Mengatur

usil ikut campur dan suka mengatur

Dalam kehidupan bertetangga ada saja masalah yang menghampiri yang membuat kita jadinya gak sreg juga gak akur sama tetangga. Ada tetangga yang usil, ada tetangga yang suka ikut campur bahkan juga suka mengatur. Ketiganya masing-masing berbeda maksud dan tujuannya.Yang kebanyakan sih para kaum wanita.

Awalnya mungkin bisa dimaklumi kalau kita mengalami hal tersebut, ah mungkin karena tidak ada kerjaan saja. Namun kalau keseringan, ini yang membuat jengah. Hingga yang mengalami juga merasa terganggu dan tertekan, apalagi kalau kita tipenya tidak berani melawan dan hanya 'nrima' saja.

Antara suka usil, ikut campur sama suka mengatur itu perbedaannya tipis sekali. Orang yang suka usil biasanya suka ikut campur dan suka mengatur, tapi bantu meringankan hidup orang juga nggak. Hanya memberikan penilaian dan komentar buruk atas hidup orang saja. Meresahkan.

Salah satu sinetron di stasiun tv ada yang mengangkat tema kehidupan masyarakat golongan menengah ke bawah yang rumahnya saling dempet-dempetan. Yang kalau ada salah satu tetangga nya lagi berantem pasti kedengaran ke rumah lainnya. Karakter antara satu tetangga dengan tetangga lainnya bisa saja berbeda tapi masalah yang dihadapi bisa jadi sama.

Kalau ada tetangga yang suka usil, ikut campur bahkan suka mengatur, bisa dipastikan ia adalah tetangga yang iri dengan kita. Hanya saja ia menutupinya dengan merasa lebih hebat, lebih tau,  atau superior. Padahal ia juga tidak tau apa-apa sama sekali tentang masalah yang dialami. Ini sering saya lihat pada kebanyakan orang. Hanya karena kita tidak sering bergabung ke dalam komunitasnya, atau ada kekurangan yang terlihat, bukan berarti ia boleh menghakimi rumah tangga kita dengan bicara usil, ikut campur dan suka mengatur.

Ini juga sering dialami dalam kehidupan berkeluarga dimana saudara atau orangtua di salah satu pihak mempunyai sifat suka usil, ikut campur bahkan suka mengatur, padahal belum tentu yang diusilin meminta bantuan solusi kepadanya. Gimana mau minta solusi, baru keluar masalah sedikit saja bicaranya sudah heboh. Sifat seperti ini bukan tidak mungkin akan menyakiti dan menghancurkan rumah tangga saudara mereka sendiri tanpa mereka sadari.

Bicara usil, ikut campur tangan dan suka mengatur sepertinya memang sudah mendarah daging bila orang tersebut tidak pernah ditegor oleh orang lain akan sifatnya yang superior itu. Kalau saya yang mengalami, sudah tentu saya akan tutup kuping dan hindari, gak papa deh dibilang individual, bukan karena bebal tapi jika dibiarkan hanya akan menjadi "toxic" buat kehidupan rumah tangga saya sendiri.

5 komentar untuk "Antara Usil, Ikut Campur dan Suka Mengatur"

Ella Fitria 1/13/2020 Hapus Komentar
bener banget mbak, kl memang banyak omongan negatifnya mah tutup telinga aja drpd bikin tocix doang kan? hihii
yang penting kita nggak ngerugiin mereka, pun selalu berbuat baik :)
iidyanie 1/13/2020 Hapus Komentar
Iya mba omongan negatif yg buat toxic lebih baik dihindari aja
Tanza Erlambang - Sawan Fibriosis 1/13/2020 Hapus Komentar
setuju…..
mantap ulasannya…..
CREAMENO 1/15/2020 Hapus Komentar
Dulu waktu masih kecil dan hidup bareng ortu, rumahnya model dempet-dempet seperti itu mba. Jadi kalau tetangga bertengkar, suaranya bisa terdengar sampai rumah saya hahaha. Terus nggak jarang juga saya lihat ibu-ibu bergosip di pinggir jalan entah siapa yang diperbincangkan :3

Tapi semakin ke sini, semenjak pindah lingkungan, dan tinggalnya juga bukan di komplek yang dempet-dempetan, masing-masing orang jadi lebih individualis. Nggak peduli satu sama lain hehe. Bahkan saya juga nggak kenal tetangga kanan kiri~ dan ini banyak terjadi di sekitaran saya juga (lingkungan teman-teman maupun keluarga lain). Hhehehe.

Ada positif dan negatifnya. Positifnya jauh dari gosip, nggak perlu mendengarkan hal-hal toxic. Tapi negatifnya jadi nggak ada ikatan persaudaraan dengan tetangga. Padahal tetangga bisa jadi orang terdekat yang akan membantu kita saat kita ada masalah di rumah :>
Agus Warteg 2/10/2020 Hapus Komentar
Setuju sama komentar mbak Eno, jika jauh tetangga memang kita tidak terlalu mendengar gosip ataupun hal jelek lain.

Tapi kalo mau minta tolong juga jadi jauh, apalagi kalo jarang bertegur sapa, ngga enak kita kalo mau minta tolong kecuali darurat.